LATAR BELAKANG
Kemangi (Ocimum sp.) adalah tumbuhan yang daunnya biasa dimakan sebagai lalap. Tumbuhan yang termasuk ke dalam famili Lamiaceae ini memiliki aroma daunnya khas serta kuat, namun lembut dengan sentuhan aroma limau. Di Indonesia, tanaman kemangi banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, dan Maluku. Namun, banyak dibudidayakan di daerah Jawa Barat untuk dicari kandungan minyak atsirinya. Tumbuhan ini hidup secara liar dan berbau harum serta dapat tumbuh dengan baik dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Tumbuhan Kemangi sangat sensitif terhadap iklim dingin, dapat berkembang dengan sangat baik jika mendapat sinar matahari yang melimpah dan membutuhkan iklim yang panas dan kering. Jika ditinjau dari morfologi, Kemangi merupakan tumbuhan terna yang tegak, tinggi tanaman antara 0,3–0,6 m. Sistem perakaran pada kemangi adalah akar tunggang dan warna akarnya putih kotor. Batang kemangi berkayu, segiempat, beralur, dan bercabang. Batang muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna kecoklatan. Batang kemangi memiliki bulu hijau halus. Daunnya tunggal, berwarna hijau, dan memiliki pertulangan menyirip. Letak daun berhadapan; tangkai daun berwarna hijau dan panjangnya antara 0,5–2 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur, ujungnya meruncing dan pangkalnya tumpul, serta tampak menggelombang. Pada sebelah menyebelah ibu tulang daun terdapat 3–6 tulang cabang. Tepi daun sedikit bergerigi dan terdapat bintik-bintik serupa kelenjar. Namun jika ditinjau secra anatomi, ada perbedaan jaringan yang menyusun organ tumbuhannya meliputi: akar, batang serta daun sehingga dipilih tumbuhan ini sebagai objek penelitian anatomi tumbuhan. Untuk membuktikan hal tersebut, maka dilakukan studi pengamatan anatomi dengan menggunkan tumbuhan Kemangi meliputi organ akar, batang serta daun.
Klik download Hasil Penelitian Struktur Anatomi Tumbuhan Kemangi
Baca Selengkapnya>>
Ashari Bagus Setiawan
06 Juni 2012
Teknik Pembuatan Insektarium
Salam Blogger. Sudah masuk bulan Juni ternyata. Hari ini saya mau berbagi pengalaman sekaligus ilmu tentang pembuatan Insektarium. Entah kenapa dari kemarin admin publish tentang teknik pembuatan, namun tidak ada salahnya kan berbagi mengenai salah satu media pembelajaran yang menarik termasuk ini. Sebelumnya, kita bahas dulu tentang Insektarium itu apa dan kegunaannya. Insektarium adalah salah satu kumpulan awetan kering berupa serangga yang bersayap. Serangga yang digunakan untuk teknik Insektarium dapat dikoleksi dari berbagai tempat misalnya di hutan, sungai, maupun sekitar rumah kita. Biasanya kalau ada kupu-kupu atau serangga menarik dapat ditangkap dan dibuat Insektarium lho. Jadi, bukan hanya mengabadikan dengan foto saja, dengan Insektarium kita bisa menyimpan dalam waktu berbulan-bulan dan tidk akan rusak, asalkan cara penyimpanannya benar. Selain itu, Insektarium dapat digunakan juga sebagai media pembelajaran karena bisa menunjukkan mengenai keanekaragaman serangga pada siswa. Contohnya adalah foto Insektarium yang dibuat oleh teman-teman admin waktu penelitian di TWA Gunung Baung Pasuruan. Serangganya banayak lho, makanya kami jadikan koleksi Insektarium. Biar gak jadi panjang lebar ngomongnya, saya akan kasih beberapa alat dan bahan untuk pembuatan Insektarium. Alat dan bahan yang digunakan antara lain:
Alat:
1. Jaring;
2. Kapas;
3. Botol koleksi (botol untuk pembiusan);
4. Alat injeksi (suntik);
5. Pigura ukuran minimal 50 x 50 cm dengan dasar agak cekung (ukuran sesuai dengan jumlah serangga yang dikoleksi);
6. Kain flanel yang seukuran dengan pigura;
7. Jarum pentul 1 box kecil;
8. Lem Alteco (maaf nyebutin merk);
9. Amplop secukupnya (sesuaikan dengan jumlah serangga khusus kupu-kupu, ngengat dan capung);
10. Gunting;
11. Kuas cat air;
12. Papan perentang (terbuat dari gabus)
12. Papan perentang (terbuat dari gabus)
Bahan:
1. koleksi serangga yang di tangkap;
2. Kloroform;
3. Formalin 4%;
4. Kapur barus (atau bisa pakai silica gel).
Langkah kerja:
1. Tangkaplah serangga sebanyak-banyaknya dengan menggunakan jaring serangga. Ingat: hati-hati dengan serangga yang berbahaya (ex: Tomcat, lagi musim nih soalnya. Hehehehehe :) )
2. Matikan serangga yang telah di tangkap dengan cara memasukkan ke dalam botol koleksi yang berisi kapas dan di basahi dengan kloroform. Ingat: klorofom jangan di hirup ya, ntar bisa klepek2)
3. Serangga yang sudah mati karena proses pembiusan dimasukkan ke botol koleksi. Untuk kupu-kupu dan capung di masukkan ke dalam amplop dengan hati-hati dan sayapnya direntangkan agar terlihat lebih cantik.
4. Susun di papan perentang dan tusuk pada masing-masing siku kaki serangga dengan jarum pentul agar terlihat cantik, untuk kupu-kupu dan capung langsung di lem pada papan perentang dengan posisi sayap sudah terentang dan hati-hati agar sayap tidak rusak.
5. Suntiklah badan bagian serangga dengan formalin 4% dan sapula dengan kuas bagian tubuh luar dengan formalin 4%.
6. Di tunggu sampai mengering dan lepas jarum pentul yang ditancap pada siku kaki serangga tadi. Kemudian secara hati-hati serangga di lem pada papan perentang yang telah dilapisi dengan kain flanel. Ingat: pengeleman serangga ini ada baiknya dikelompokkan sesuai dengan Ordo masing-masing. Misal: berbagai jenis kupu-kupu dan ngengat yang ditangkap termasuk kelompok Lepidoptera, berbagai jenis belalang yang di tangkap termasuk ordo Orthoptera. Tergantung jenis serangga yang ditangkap aja dan ingin menunjukkan keanekaragaman serangga apa);
7. Setelah disusun semua, letakkan pada pigura yang dasarnya agak cekung dan beri kapur barus atau silica gel secukupnya agar awet dan tidak berjamur.
8. Jika sudah, jadinya seperti punya admin di atas.
Pembuatan ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran tingkat tinggi. Jadi, ngajak teman yang banyak ya. Kan sambil berbagi ilmu juga. Silahkan diterapkan sobat .
Label:
Formalin 4%,
Insektarium,
Keanekaragaman,
Kloroform,
Lepidoptera,
Orthoptera.
29 Mei 2012
Teknik Pembuatan Awetan Basah Lumut
Salam Blogger. Sebelumnya mohon maaf untuk para pembaca karena kesibukan admin sehingga belum sempat posting info terbaru. Terima kasih komentar sebelumnya oleh mas Danu pada topik Herbarium. Minggu ini admin akan postingkan mengenai Teknik Pembuatan Awetan Basah Lumut. Ini merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran serta dapat digunakan untuk keperluan praktikum tanpa harus pergi ke habitat aslinya. Beberapa bahan dan Alat yang diperlukan antara lain:
1. Botol bekas yang terbuat dari kaca dan tidak ada lekukan (bentuk silinder lurus dan tidak ada lekukan);
2. Spesimen Lumut (mis: Marchantia);
3. Formika (jika tidak ada dapat diganti dengan mika, namun usahakan mika tidak terlalu lentur);
4. Larutan Fiksatif berupa Formalin 4% yang diencerkan dengan Aquades;
5. Bor Listrik Kecil;
6. Senar Pancing;
7. Gunting;
8. Sekop untuk mengambil spesimen;
9. Spidol.
Langkah Kerja:
1. eksplorasi tempat yang di duga terdapat spesimen Marchantia, kemudian ambil dengan menggunakan sekop secara hati-hati. Ingat: Spesimen yang akan diawetkan harus terdapat organ lengkap dan utuh serta tidak cacat, karena manfaatnya yang telah dijelaskan sebelumnya. organ yang harus ada meliputi: gemma cup, sisik dan rhizoid, arkegoniofor dan anteridiofor;
2. bersihkan kotoran dan tanah yang terdapat pada spesimen yang akan di awetkan dan hati-hati terhadap organ yang penting agar tidak rusak;
3. kenudian potong formika dengan gunting dan sesuaikan ukurannya dengan bagian dalam botol. usahakan formika yang telah di potong dan ketika dimasukkan ke dalam botol tidak mudah bergerak ke samping (harus rapat);
4. tempatkan posisi penempelan spesimen dan tandai dengan spidol. Dalam penempatannya dibutuhkan estetika agar spesimen yang diawetkan nampak bagus dan pemanfaatannya sebagai media pembelajaran bisa terlihat begitu juga dengan organnya. Tunjukkan organ gemma cup beserta thallusnya, Anteridiofor, Arkegoniofor dan sisik beserta rhizoid;
5. Lubangi formika yang telah ditandai dengan bor;
6. Ikat spesimen dengan senar pancing pada formika yang telah dilubangi secara hati-hati agar organ yang ingin ditunjukkan tidak rusak;
7. Kemudian isilah botol dengan Formalin 4% yang sudah diencerkan dengan aquades sampai penuh dan tutuplah botol dengan rapat;
8. Awetan basah Lumut siap digunakan. jika sudah jadi, maka awetan tersebut terlihat seperti gambar di atas.
Awetan ini dapat bertahan lama dan di simpan sampai organnya rusak dan diganti dengan spesimen yang baru. Selamat Mencoba kawan-kawan ! Baca Selengkapnya>>
30 Januari 2012
Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Sederhana
Salam blogger, pada minggu akhir di bulan ini saya akan membahas bagaimana memanfaatkan media pebelajaran berbasis sederhana khususnya dalam pembelajaran Biologi. Media Sederhana yang saya paparkan disini adalah mengenai Model Media Cara Kerja Enzim dengan menggunakan bahan dasar plastisin (malam). Gambar disamping merupakan foto Kit Enzim dengan menggunakan bahan sederhana berupa plastisin (malam). Didalam pembuatan media berbasis sederhana ini, pastinya ada Lembar Kerja Siswa yang menunjang proses pembelajaran dengan menggunakan media ini.
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana pemanfaatan media ini serta Lembar Kerja Siswa nya, silahkan klik Download
Baca Selengkapnya>>
Label:
Enzim,
Media Sederhana
18 Januari 2012
Teknik Pembuatan Herbarium, Part-2
Setelah mengetahui teknik pembuatan herbarium pada tumbuhan tinggi, disini saya akan berbagi bagaimana cara membuat herbarium untuk makro alga (Alga). Fungsinya juga sama seperti pembuatan herbarium pada tumbuhan tinggi, yaitu sebagai media pembelajaran dalam biologi. Caranya hampir sama dengan tumbuhan tinggi, namun ada alat tertentu yang digunakan, seperti pahat, kain mori, dan nampan plastik, kertas gambar A4 serta cara pembuatannya. Hal ini dikarenakan alga memiliki karakteristik yang berbeda denag tumbuhan tinggi. Gambar di atas merupakan herbarium dari Sargassum. Baiklah,karena alat dan bahan yang digunakan sama dengan tumbuhan tinngi, maka saya akan menjelaskan langsung cara pembuatannya saja.
A. Cara Pembuatan:
1. Ambil Alga yang ada di laut dengan memperhatikan thalus dan organ lainnya. Perlu diperhatikan, alga memiliki rhizoid untuk menempelkan ke substrat (batu). Untuk mengambilnya dengan hati-hati, kita harus memahat batunya dengan alat pahat. Agar rhizoid yang menempel dapat terambil dan dapat diidentifikasi. Untuk mengambil Alga, harus dalam keadaan utuh dan tidak boleh rusak.
2. Setelah didapatkan Alga yang baik dan tidak rusak, diletakkan ke nampan plastik dan dibersihkan dari pasir, binatang kecil,dan sebagainya dengan air laut. jangan membersihkan dengan menggunakan air tawar karena pigmen warnanya dapat larut dan pudar.
3. Setelah dibersihkan, angkat spesimen dan pada nampan plastik yang berisi air diletakkan kain mori dan kertas gambar A4. Kemudian letakkan alga dan ditata diatas kertas gambar A4. Untuk penataan, usahakan jangan sampai thalus tertumpuk dan organ penunjang harus terlihat
4. Setelah ditata, tutup dengan kain mori dan angkat dengan hati-hati lalu dipindahkan ke atas kertas koran. Kemudian tutup kertas koran dengan hati-hati juga.
5. Spesimen dipres dengan sasak dengan ukuran yang sama seperti pada pembuatan herbarium tumbuhan tinggi. Spesimen di pres sampai kandungan air pada alga habis.
6. Setelah dipres, simpan spesimen dengan cara ditindihi pada buku tebal. Perlu diperhatikan: kertas koran harus diganti setiap hari dan jangan membuka kain morinya. Biarkan kain mori tersebut membuka dengan sendirinya. Hal ini bertujuan agar spesimen tidak berjamur.
7. Setelah kering, tempeelkan kertas gambar A4 ke kertas linen dengan lem. Beri keterangan di balik kertas linen hitam meliputi: taksonomi, deskripsi morfologi, habitat, kegunaan, nama daerah, dan keterangan terkait lainnya.
Baca Selengkapnya>>
A. Cara Pembuatan:
1. Ambil Alga yang ada di laut dengan memperhatikan thalus dan organ lainnya. Perlu diperhatikan, alga memiliki rhizoid untuk menempelkan ke substrat (batu). Untuk mengambilnya dengan hati-hati, kita harus memahat batunya dengan alat pahat. Agar rhizoid yang menempel dapat terambil dan dapat diidentifikasi. Untuk mengambil Alga, harus dalam keadaan utuh dan tidak boleh rusak.
2. Setelah didapatkan Alga yang baik dan tidak rusak, diletakkan ke nampan plastik dan dibersihkan dari pasir, binatang kecil,dan sebagainya dengan air laut. jangan membersihkan dengan menggunakan air tawar karena pigmen warnanya dapat larut dan pudar.
3. Setelah dibersihkan, angkat spesimen dan pada nampan plastik yang berisi air diletakkan kain mori dan kertas gambar A4. Kemudian letakkan alga dan ditata diatas kertas gambar A4. Untuk penataan, usahakan jangan sampai thalus tertumpuk dan organ penunjang harus terlihat
4. Setelah ditata, tutup dengan kain mori dan angkat dengan hati-hati lalu dipindahkan ke atas kertas koran. Kemudian tutup kertas koran dengan hati-hati juga.
5. Spesimen dipres dengan sasak dengan ukuran yang sama seperti pada pembuatan herbarium tumbuhan tinggi. Spesimen di pres sampai kandungan air pada alga habis.
6. Setelah dipres, simpan spesimen dengan cara ditindihi pada buku tebal. Perlu diperhatikan: kertas koran harus diganti setiap hari dan jangan membuka kain morinya. Biarkan kain mori tersebut membuka dengan sendirinya. Hal ini bertujuan agar spesimen tidak berjamur.
7. Setelah kering, tempeelkan kertas gambar A4 ke kertas linen dengan lem. Beri keterangan di balik kertas linen hitam meliputi: taksonomi, deskripsi morfologi, habitat, kegunaan, nama daerah, dan keterangan terkait lainnya.
Baca Selengkapnya>>
Label:
Kain Mori,
Kertas gambar A4,
Nampan Plastik.,
Sargassum
Teknik Pembuatan Herbarium, Part-1
Salam Blogger, minggu ini saya akan membagi ilmu kepada para Pembaca dan blogger lovers mengenai teknik pembuatan herbarium. Penggunaan herbarium ini sangat penting, salah satunya sebagai media pembelajaran, dimana seorang guru dapat menjelaskan struktur dari tanaman secara langsung tanpa harus pergi dan melihat habitat tanaman tersebut. Herbarium memuat deskripsi dari tumbuhan tersebut, seperti taksonominya, habitat, morfologinya serta kegunaan dan manfaatnya. Tapi sebelum kita meluncur ke pembuatan herbarium, akan dibahas mengenai pengertian dari herbarium tersebut. Herbarium. Herbarium berasal dari kata "hortus" dan "botanicus" yang artinya kebun botani yang dikeringkan. Sedangkan pengertian herbarium sendiri merupakan koleksi dari spesimen yang telah dikeringkan. Pada gambar diatas, merupakan contoh dari herbarium salah satu dari tumbuhan tinggi. Saya akan menjelaskan alat dan bahan serta langkah pembuatannya.
A. Alat dan Bahan:
1. Sasak berukuran 45x35 cm.
2. Kertas Label,
3. Buku Identifikasi tumbuhan,
4. Kertas Koran,
5. Kantong plastik,
6. Alkohol,
7. Gunting Tumbuhan,
8. Selotip,
9. Gunting,
10. Kertas Linen Hitam,
11. Tumbuhan yag akan diherbarium. Pada tumbuhan yang akan diherbarium, ada aturan yang harus diperhatikan, antara lain:
a. jika tumbuhan kecil, harus dikoleksi seluruh organnya,
b. tumbuhan besar atau pohon, harus dikoleksi sebagian cabangnya dengan panjang 30 - 40 cm yang memiliki organ lengkap, dengan syarat: minimal punya 3 daun untuk melihat filotaksis, bunga dan buah diambil dalam satu tumbuhan,
c. Untuk tumbuhan herba, harus dikoleksi seluruh organnya kecuali herba seperti Araceae.
B. Cara Pembuatan:
1. Setelah mendapat tumbuhan yang akan diherbarium, spesimen tersebut ditata di atas kertas koran. Untuk menata di atas koran, posisi daun tidak boleh bertumpuk. Selain itu, morfologi daun yang ventral dan dorsal harus dibedakan.
2. Setelah ditata, tempelkan selotip pada bagian-bagian tumbuhan agar tidak lepas. Perlu diperhatikan, untuk menempel, jangan langsung menempelkan ke spesimen agar kita tidak sulit untuk memindahkan spesimen yang telah kering menuju ke kertas linen.
3. Setelah ditata, tutup kertas koran dan dipres dengan menggunakan sasak sampai cairan di dalam tumbuhan tersebut keluar. Jika kita membuat herbarium yang lebih banyak, tumpuk semua spesimen diatas sasak dan dipres secara bersamaan.
4. Setelah dipres sampai cairan di dalam spesimen terkuras habis, siram spesimen dengan alkohol agar tidak berjamur ketika proses pengeringan.
5. Spesimen dikeringkan di panas matahari atau untuk mempercepat proses pengeringan, bisa dilakukan dengan merebus spesimen di air mendidih untuk membunuh jaringannya dan mempercepat proses pengeringan. Untuk buah dan bunga, harus dikeringkan secara terpisah dan dimasukkan ke dalam kantong plastik
6. Spesimen disimpan pada tumpukan buku dan ketas koran harus diganti setiap hari agar tidak berjamur.
7. Setelah kering, spesimen dipindahkan ke kertas linen hitam dengan hati-hati agar tidak sobek dan di jahit atau di selotip agar tidak lepas.
8. Beri keterangan dan identifikasi pada tiap spesimen yang telah di herbarium dengan melihat buku identifikasi tumbuhan, meliputi: taksonomi, habitat, morfologi dari daun, batang, bunga, buah dan biji.
Hasil herbarium yang baik, dapat dilihat pada gambar di atas. Selamat Mencoba. Baca Selengkapnya>>
A. Alat dan Bahan:
1. Sasak berukuran 45x35 cm.
2. Kertas Label,
3. Buku Identifikasi tumbuhan,
4. Kertas Koran,
5. Kantong plastik,
6. Alkohol,
7. Gunting Tumbuhan,
8. Selotip,
9. Gunting,
10. Kertas Linen Hitam,
11. Tumbuhan yag akan diherbarium. Pada tumbuhan yang akan diherbarium, ada aturan yang harus diperhatikan, antara lain:
a. jika tumbuhan kecil, harus dikoleksi seluruh organnya,
b. tumbuhan besar atau pohon, harus dikoleksi sebagian cabangnya dengan panjang 30 - 40 cm yang memiliki organ lengkap, dengan syarat: minimal punya 3 daun untuk melihat filotaksis, bunga dan buah diambil dalam satu tumbuhan,
c. Untuk tumbuhan herba, harus dikoleksi seluruh organnya kecuali herba seperti Araceae.
B. Cara Pembuatan:
1. Setelah mendapat tumbuhan yang akan diherbarium, spesimen tersebut ditata di atas kertas koran. Untuk menata di atas koran, posisi daun tidak boleh bertumpuk. Selain itu, morfologi daun yang ventral dan dorsal harus dibedakan.
2. Setelah ditata, tempelkan selotip pada bagian-bagian tumbuhan agar tidak lepas. Perlu diperhatikan, untuk menempel, jangan langsung menempelkan ke spesimen agar kita tidak sulit untuk memindahkan spesimen yang telah kering menuju ke kertas linen.
3. Setelah ditata, tutup kertas koran dan dipres dengan menggunakan sasak sampai cairan di dalam tumbuhan tersebut keluar. Jika kita membuat herbarium yang lebih banyak, tumpuk semua spesimen diatas sasak dan dipres secara bersamaan.
4. Setelah dipres sampai cairan di dalam spesimen terkuras habis, siram spesimen dengan alkohol agar tidak berjamur ketika proses pengeringan.
5. Spesimen dikeringkan di panas matahari atau untuk mempercepat proses pengeringan, bisa dilakukan dengan merebus spesimen di air mendidih untuk membunuh jaringannya dan mempercepat proses pengeringan. Untuk buah dan bunga, harus dikeringkan secara terpisah dan dimasukkan ke dalam kantong plastik
6. Spesimen disimpan pada tumpukan buku dan ketas koran harus diganti setiap hari agar tidak berjamur.
7. Setelah kering, spesimen dipindahkan ke kertas linen hitam dengan hati-hati agar tidak sobek dan di jahit atau di selotip agar tidak lepas.
8. Beri keterangan dan identifikasi pada tiap spesimen yang telah di herbarium dengan melihat buku identifikasi tumbuhan, meliputi: taksonomi, habitat, morfologi dari daun, batang, bunga, buah dan biji.
Hasil herbarium yang baik, dapat dilihat pada gambar di atas. Selamat Mencoba. Baca Selengkapnya>>
Label:
Herbarium,
Kertas Linen Hitam,
Sasak
14 Januari 2012
Waspada Terhadap Jamur Beracun
Mikologi merupakan kajian ilmu Biologi yang mempelajari tentang Jamur. Pada umumnya, ada jenis jamur yang dapat dimakan, seperti Jamur Merang (Volvariella volvaceae, Jamur Tiram (Pleurotus sp., Jamur Kuping (Auricularia polytricha), Jamur Kancing (Agaricus campestris, serta Jamur Shittake (Lentinus edulis). Namun, dimana ada jamur yang dapat dimakan, ada juga jamur yang bersifat beracun. Yakni apabila kita makan, maka dapat menimbulkan efek "destroying angel". Salah satu jamur beracun yang terkenal adalah Amanita muscaria. Gambar di atas merupakan beberapa jenis jamur yang beracun. Mohon diperhatikan dengan sekilas, apakah ada perbedaan dengan jamur yang sering kita makan. Beberapa ciri jamur beracun adalah sebagai berikut:
1. warna tudung atau payung bersifat mencolok, dengan warna: merah-darah, hitam-legam, biru-tua, ataupun warna-warna lainnya. Walaupun ada pula jenis jamur beracun yang mempunyai warna terang (kuning muda) atau putih, dan jamur yang dapat dimakan berwarna gelap, misal coklat-tua.
2. Mengandung senyawa Cholin dab senyawa Mustardin
3. Tumbuh di tempat kotor, seperti: tempat pembuangan sampah, kotoran kandang, dan sebagainya. Walaupun untuk penanaman dan pemeliharaan jamur kompos justru dipakai kotoran kandang/kotoran kuda.
4. Jamur beracun berbau sepert telur busuk, dan tekadang berbau seperti gas elpiji,
5. Jenis jamur beracun mempunyai cincin atau cawan pada bagian tangkai atau tubuh buah. Walaupun ada yang sebaliknya, seperti jamur-merang mempunyai cawan dan jamur kompos mempunyai cincin, tetapi tidak beracun.
6. Jika jamur beracun dimasak, maka warnanya akan berubah,
7. Jika jamur beracun dimasak kemudian ditempelkan pada nasi putih, akan mengubah warna nasi putih tadi. Jika ditempelkan ke perak akan mengubah warna perak menjadi hitam.
8. Umumnya jamur yang tumbuh dari permukaan tanah 95% mengandung racun
Para blogger mania dan pembaca sudah mengerti kan bagaimana mengidentifikasi ciri-ciri dari jamur yang diduga beracun? Jadi, ketika kita ada di hutan dan menemukan sebuah atau beberapa jamur yang hidup di hutan tersebut, maka perhatikan ciri-ciri jamur tersebut. Apakah termasuk jamur beracun atau jamur yang aman untuk dikonsumsi. Salam Blogger Baca Selengkapnya>>
Label:
Mikologi,
Payung,
Senyawa Cholin dan Mustardin,
tubuh jamur,
tudung
Langganan:
Postingan (Atom)